Cerita The Boy in the Striped Pajamas ini sebuah kritik tajam terhadap peristiwa holocaust yang menyebabkan jutaan orang Yahudi mati di kamp-kamp konsentrasi tentara Jerman di masa pemerintahan Adolf Hitler. Novelnya konon telah terjual lebih dari 5 juta copy di seluruh dunia dan telah diterjemahkan ke dalam 41 bahasa, termasuk Indonesia. Boyne menyampaikan kritiknya tidak dengan kemarahan tetapi justru dengan sebuah kisah yang sangat menyentuh siapa pun yang membacanya. Dalam bukunya, ia tidak satu kali pun melontarkan makian terhadap Jerman atau sebaliknya pemihakan terhadap Yahudi. Ia mengambil posisi sebagai seorang manusia yang menentang pembantaian manusia terhadap manusia lain.
Tentu tidak akan adil andai membandingkan film dengan bukunya, sebab merupakan dua media yang berbeda. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Tetapi dalam hal ini filmnya cukup setia kepada bukunya. Ada sih bagian yang dihilangkan, seperti saat Hitler bertamu ke rumah keluarga Bruno. Juga penyebutan "Out-with" (Auschwitz), agaknya sudah dilenyapkan dari dialog. Entah kenapa.
Filmnya cukup apik, berhasil dengan baik menampilkan suasana Jerman dan Polandia masa Perang Dunia II. Lengkap dengan mobil, kereta api, dan kamp Auschwitz-nya (jadi ingat film Life is Beautiful. Hiks..). Tata rias dan rancangan kostum para pemainnya juga cukup mewakili, kendati akting mereka tidak terlalu istimewa. Kecuali Vera Farmiga yang lumayan menonjol sebagai ibu Bruno. Bagi Mark Herman, ini adalah film kedelapan yang dibesutnya. Sutradara asal Inggris ini juga menulis sendiri naskah film-filmnya, termasuk The Boy in the Striped Pajamas.
Tokoh utamanya seorang bocah lelaki berusia delapan tahun bernama Bruno. Ia tinggal di Berlin, Jerman, bersama kedua orang tua dan kakak perempuannya, Gretel (12 tahun). Waktu itu tengah berkecamuk Perang Dunia Kedua di Eropa. Jerman di bawah komando Hitler, seperti sudah sama-sama kita ketahui, dalam perang tersebut memburu orang-orang Yahudi di seluruh Eropa. The Fuhrer, Adolf Hitler, dengan sangat arogan mengklaim bahwa ras Aria adalah ras paling unggul dan orang-orang Yahudi harus disingkirkan dari muka bumi.
Ayah Bruno (Zac Mattoon O'Brien) adalah salah seorang pejabat militer kepercayaan Hitler yang dikirim bertugas ke Auschwitz sebagai komandan di kamp konsentrasi di sana. Bruno yang polos sama sekali tidak tahu bahwa kini mereka tinggal di sebuah kawasan kamp konsentrasi, tempat ribuan orang Yahudi menemui ajal di kamar-kamar gas dan tungku-tungku pembakaran. Ia hanya tahu bahwa kini ia kesepian tanpa seorang teman pun. Tetangganya hanyalah sebuah tempat luas dengan pagar kawat mengelilinginya. Di dalam pagar itu Bruno melihat sejumlah bangunan berukuran besar serta banyak orang laki-laki, dewasa dan anak-anak seumurnya, berpiama garis-garis.
Bruno, bocah yang senang menjelajah itu, pada suatu petang akhirnya mendapatkan seorang teman sebaya yang tinggal di balik pagar tersebut: Shmuel, bocah Polandia keturunan Yahudi yang seusia dengannya. Sejak itu, secara rutin Bruno setiap petang mengunjungi sahabat barunya itu. Mereka mengobrol, saling bertukar cerita. Sesekali Bruno juga membawakan sepotong coklat atau roti yang berhasil diselundupkan dari dapur rumahnya untuk Shmuel.Sampai pada suatu hari, Bruno harus kembali ke Berlin. Anak baik itu sedih sekali karena berarti dia harus berpisah dengan sahabat satu-satunya, Shmuel. Untuk itu, sebelum pergi ia berniat melakukan "permainan" mencari ayah Shmuel yang telah beberapa hari menghilang. Tentu ia harus masuk ke balik pagar untuk dapat menemukan ayah Shmuel.
Sumber resensi:lailacatchyla.blogspot.com
Boleh surfing kesini untuk filmnya: klik nich
Buat sub indo : nich
Minggu, 28 Februari 2010
Boy In Stripped Pajamas_Sub Indo
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Film yg menyentuh, berkelas dan sarat akan makna hidup.
BalasHapusini film yg ane cari, lupa judulnya apa akhirnya nemu deh
BalasHapusthanks yaaa
@ desikartika:
BalasHapussama-sama,, senang sub saya bisa membantu :)